Kamis, 02 Oktober 2014

universitas jember



 






Universitas Jember (UNEJ) merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang berada di kota Jember Jawa Timur. Kawasan hijau dan ramah lingkungan adalah gambaran suasana keberadaan kampus tegal boto ini. Lalu bagaimana Sejarah Universitas Jember ini hingga bisa menjadi salah satu Perguruan Tinggi Negeri ternama di tanah air? Berikut ulasannya!
Asal muasal berdirinya Universitas Jember bermula dari gagasan dr. R. Achmad bersama-sama dengan R. Th. Soengedi dan R. M. Soerachman yang bercita-cita mendirikan perguruan tinggi di Jember Jawa Timur. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut pada tanggal 1 April 1957, ketiga tokoh tersebut membentuk panitia yang diberi nama Panitia Triumviraat dengan komposisi Ketua dr. R. Achmad; Penulis R. Th. Soengedi, dan Bendahara R. M. Soerachman. Selanjutnya Panitia Triumviraat ini pada tanggal 5 Oktober 1957 membentuk yayasan dengan nama Yayasan Universitas Tawang Alun (disahkan dengan Akta Notaris tanggal 8 Maret 1958 Nomor 13 di Jember). Yayasan Universitas Tawang Alun inilah yang kemudian mendirikan universitas swasta di Jember dengan nama Universitas Tawang Alun yang kemudian disingkat UNITA. Dalam perjalanannya, ketiga tokoh tersebut mendapatkan dukungan penuh Bupati Jember saat itu, R. Soedjarwo.
Pada tahun 1959 tepatnya pada tanggal 26 Januari 1959, R. Soedjarwo diangkat sebagai Ketua Yayasan UNITA. Secara kebetulan, pada periode 1957 sampai dengan 1964, R. Soedjarwo juga menjabat sebagai Ketua DPRD Swatantra atau sebagai Bupati Jember waktu itu, R. Soedjarwo mempunyai perhatian cukup besar terhadap pembangunan pendidikan di Kabupaten Jember. Mengingat bahwa anggaran pemerintah saat itu masih sangat terbatas. Maka, untuk menunjang bidang pendidikan, R. Soedjarwo bersama tokoh-tokoh masyarakat kemudian mendirikan Yayasan Pendidikan Kabupaten Jember (YPKD) dengan menggali dana dari masyarakat untuk menunjang dunia pendidikan. Salah satu cara yang unik dalam mengumpulkan dana, R. Soedjarwo meminta sumbangan dari masyarakat Kabupaten Jember berupa buah kelapa dan botol kosong untuk dijual, dan selanjutnya dana tersebut dipergunakan untuk membantu UNITA (Universitas Tawang Alun) dan sekolah-sekolah lain yang didirikan oleh yayasan ini.
Untuk membesarkan UNITA, R. Soedjarwo kemudian membantu mendirikan gedung kampus UNITA yang ada di jalan PB Sudirman seluas 656 meter persegi. Gedung tersebut dibangun di atas tanah seluas 2.160 meter persegi dengan biaya pembangunan sebesar Rp 23.243,66. Dana tersebut bersumber dari dana YPKD. Sejak tahun 1960, Unita semakin berkembang. Jumlah fakultas, satu demi satu bertambah. Meliputi, Fakultas Sosial Politik, Fakultas Kedokteran, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Pertanian. Seiring perjalanan waktu, untuk menambah prasarana kampus, UNITA mengundang USAID untuk mendapatkan sumbangan berupa alat laboratorium dan buku-buku.
Keberadaan kampus Universitas Jember yang berada di Tegal Boto saat ini, sebenarnya sudah diimpikan oleh R. Soedjarwo kala itu, yang mana pada tahun 1960, kawasan Tegal Boto masih berupa daerah terpencil bagaikan “pulau mati” dan tidak bisa dijangkau transportasi darat. Untuk membuka daerah tersebut, R. Soedjarwo mulai membangun jembatan di jalan PB Sudirman arah ke Jalan Mastrip pada 1961. “Jembatan tersebut baru selesai tahun 1976 dan hingga kini dikenal sebagai jembatan Jarwo. Pada awal 1961 Yayasan Unita mulai merintis upaya agar UNITA bisa berstatus negeri. Untuk itu, R. Soedjarwo mengadakan koordinasi dengan segenap pengurus yayasan, pengurus UNITA, tokoh-tokoh daerah, termasuk anggota DPRD. Sidang DPRD pada 19 April 1961 akhirnya menghasilkan keputusan menetapkan resolusi. Resolusi tersebut isinya menyangkut beberapa hal. Pertama, tentang memperkuat ide pembukaan Fakultas Kedokteran, kedua mengirim delegasi yang terdiri dari Ketua DPRD menghadap Pemerintah Pusat, dan ketiga Universitas Tawang Alun agar diakui sebagai Universitas Negeri. Langkah selanjutnya, Yayasan Unita mengirim beberapa delegasi untuk menghadap Menteri PTIP waktu itu dipegang Prof Mr Iwa Kusumasumantri. Hasilnya memberikan harapan baru, pemerintah akan menegerikan UNITA bersama-sama dengan UNIBRAW pada 20 Mei 1962.
Untuk menyongsong rencana tersebut, Yayasan Unita kemudian mengirim kembali delegasinya pada 14-24 Maret 1962. Namun di luar dugaan, telah terjadi pergantian Menteri PTIP, yaitu Prof Dr Ir Thoyib Hadiwidjaja yang mempunyai kebijakan baru bahwa tidak membenarkan penegerian dua universitas dalam satu provinsi secara bersamaan. Akibat penundaan penegerian UNITA tersebut, Unita akhirnya diintegrasikan ke Universitas Brawidjaya Malang berdasarkan SK Menteri PTIP No1, tertanggal 5 Januari 1963. Hal ini menimbulkan keresahan bagi masyarakat Jember dan mahasiswa UNITA khususnya. Melihat hambatan tersebut R. Soedjarwo terus berusaha dengan mengirim delegasi ke Jakarta hingga mendapat dukungan dari DPRD untuk mendesak pemerintah pusat untuk menegerikan UNITA menjadi universitas negeri secepatnya. Jerih payah R. Soedjarwo dengan dibantu pihak-pihak terkait, akhirnya membuahkan hasil dengan terbitnya SK Menteri PTIP No 153 tahun 1964 tertanggal 9 November 1964 tentang Didirikannya Sebuah Universitas Negeri Jember. Dari sinilah impian R. Soedjarwo untuk mendirikan Perguruan Tinggi Negeri di Jember mulai terwujud.
Pada awal berdirinya pada tahun 1964, kampus Tegal Boto ini akrab disapa dengan sebutan Universitas Negeri Djember yang disingkat UNED yang saat ini menjadi Universitas Jember (UNEJ). Di awal berdirinya kampus Tegal Boto ini masih memiliki lima fakultas ternama, yang terdiri dari Fakultas Hukum di Jember, dengan cabangnya di Banyuwangi, Fakultas Sosial dan Politik dan Fakultas Pertanian di Jember, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Sastra di Banyuwangi. Dengan rektor pertama dijabat oleh dr. R. Achmad.
Kepemimpinan dr. R. Achmad dilanjutkan oleh Letkol Soedi Harjohoedojo (1967-1969), Letkol Soetardjo, SH (1969-1978) dan Kolonel Drs. H.R. Warsito (1978-1986). Baru semenjak tahun 1986, rektor Universitas Jember dijabat oleh sivitas akademika-nya sendiri, yakni oleh Prof. Dr. Simanhadi Widyaprakosa (1986-1995), Prof. Dr. Kabul Santoso, M.S. (1995-2003), Dr. Ir. T. Sutikto, M.Sc. (2003-2012), dan Moch. Hasan, M. Sc., Ph.D (2012 - sampai kini). Dan sampai dengan Tahun Akademik 2012/2013, Universitas Jember ini mempunyai 13 Fakultas dan 2 Program Studi setara Fakultas yang terdiri dari 11 Program Studi jenjang Diploma, 40 Program Studi jenjang S-1, dan 8 Program Studi jenjang S-2, dan 1 Program Studi jenjang S-3.









 Jika Anda masuk ke kampus UNEJ melalui gerbang utama depan kator pusat, maka pertama kali Anda akan dikejutkan oleh tiga sosok pria tampan berdiri tegap di area bundaran Double Way. Eiiittss,,, jangan histeris,,,!!! Meraka bukanlah boy band ataupun makhluk alay yang suka nampang di pinggir jalan. Mereka adalah tiga tokoh pendiri Universitas Jember yang diabadikan sebagai Monumen Triumviraat yang diresmikan oleh Dr. Ir. T. Sutikto, MSc, tiga tokoh tersebut adalah dr. R. Achmad, R. Th. Soengedi dan M. Soerachman. Tak banyak orang tahu, salah satu yang punya peran penting dalam pendirian Universitas Jember (UNEJ) yang dulunya bernama Universitas Tawang Alun (UNITA) adalah Alm R. Soedjarwo. Saat UNITA dirintis, beliau menjabat sebagai Bupati Jember sekaligus merangkap sebagai Ketua DPRD Swatantra. Inilah penuturan Ir Suhardjo Widodo MS, putra keempat R. Soedjarwo yang juga menjadi saksi mata sejarah pendirian perguruan tinggi negeri di Jember. Baca artikel Sejarah Universitas Jember.
Dalam peresmian monumen ini, Dr. Ir. T. Sutitkto, MSc memaparkan bahwasanya pembangunan Monumen Triumviraat Perintis ini bertujuan agar para generasi penerus dan mahasiswa UNEJ mengetahui siapa dan peran apa yang telah diberikan oleh ketiga tokoh tersebut dalam merintis Universitas Jember. Selain itu diharapkan agar semangat para perintis yang tak kenal menyerah dapat dicontoh oleh generasi saat ini dan masa yang akan datang.
Pembangunan Monumen Triumviraat ini, kemudian juga disusul dengan pengabadian nama para tokoh yang berjuang untuk Universitas Jember tersebut untuk nama gedung dan fasilitas yang ada di kampus Universitas Jember sebagai salah satu bentuk terima kasih dan penghargaan atas jasa-jasa mereka. Beberapa gedung yang mengabdikan nama tokoh tersebut di antaranya, Gedung Mas Soerachman, Gedung Soengedi dan Gedung R Achmad sebagai kantor pusat Universitas Jember saat ini.

  1. Lambang segilima itu memiliki arti sama halnya pada dasar negara kita 5 dasar pada pancasila
  2. Lingkaran Khayal ini menggambarkan bahwa sikap niat yang bulat para masyarakat Jember untuk mendirikan Universitas Jember ini. Karena saat itu pendirian universitas jember sungguh mengharukan dengan perjuangan warga Jember yang memiliki keinginan untuk mendirikannya.
  3. Daun Tembakau, padi, dan jagung ini merupakan lambang yang memiliki arti bahwa wilayah eks Karesidenan Besuki memiliki kesuburan yang tinggisehingga menjadikan sebagai daerah penghasil “Tembakau” ekspor, tempat dimana Universitas Jember Lahir, Tumbuh, dan Berkembang.
  4. Tiga Lembar Daun Tembakau Segar melambangkan Tri Darma Perguruan Tinggi.
  5. Akar Pengikat melambangkan Panca Bharata, yang mana terdiri atas Rasio (Akal Budi ), Spirit (Semangat dan Keberanian ), Idealisme ( Cita – Cita ), etika ( rasa kemanusiaan ), dan Realisme (Kenyataan ).
  6. Lidah Api melambangkan semangat jiwa rakyat yang berkobar kobar (wilayah Pembantu Gubernur Besuki) dan sekitarnya yang membekali terciptanya Universitas Jember.
  7. Tujuh Butir Padi melambangkan tujuh orang yang pernah duduk dalam Panitia Tujuh yang pernah dibentuk pada tahun 1962 oleh menteri PTIP dalam usaha pendirian Universitas Jember.
  8. Lambang, warna kuning, daun tembakau, daun padi berwarna kuning emas, lidah api, tangkai pengikat, tulisan, dan segilima berwarna hitam. Warna hitam melambangkan ketegasan dan kesuburan dalam ilmu pengetahuan. Hijau melambangkan dinamik keheningan serta kesucian bagi umat yang mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa.


































Tidak ada komentar:

Posting Komentar