Tengkawang adalah nama buah dan pohon yang menghasilkan minyak lemak berharga tinggi. Secara tradisional, minyak tengkawang digunakan untuk memasak sebagai penyedap makanan dan ramuan obat-obatan.
Dalam industri, minyak tengkawang digunakan sebagai bahan pengganti lemak coklat, bahan farmasi, dan kosmetika. Kini, 12 jenis tengkawang dilindungi oleh pemerintah. Tanaman ini salah satu khas dan maskot kekayaan keaneragaman hayati yang dimiliki hutan Kalbar.
Di Kalbar sekarang ini, kayu pohon tengkawang, menjadi komoditas perkayuan yang cukup tinggi nilainya. Di Kabupaten Kapuas Hulu seperti Kecamatan Bunut Hulu dan Kecamatan Belimbing dan Nanga Pinoh di Kabupaten Sintang harganya Rp 200.000-Rp 300.000 per meter kubik. Sementara di Pontianak, harganya Rp 500.000-Rp 600.000 per meter kubik.
Di Kalimantan, Kalbar tepatnya adalah daerah endemik tengkawang. Di daerah ini ada 10 jenis tengkawang yang menghasilkan biji. Jenis yang paling komersial adalah Shorea stenoptera Burk (tengkawang tungkul). Pohon tengkawang dapat berbuah setelah berumur delapan-sembilan tahun. tetapi ada juga yang berumur panjang 12-13 tahun. Tiap pohon dapat menghasil biji berkisar 250-400 kg.
Pontianak, BCC - Pohon Tengkawang adalah pohon asli khas Kalimantan. Pohon ini merupakan penghasil biji sumber minyak bernilai tinggi. Tumbuh baik pada daerah beriklim tropis basah ketinggian 5 mdpl -1.000 mdpl.
Di Indonesia terdapat 13 jenis pohon penghasil Tengkawang, 10 Jenis terdapat di Kalimantan, tiga jenis terdapat di Sumatera. Jenis yang paling komersi Jenis yang paling komersil Shorea Stenoptera.
Menurut Augustine Lumangkun, peneliti dari Fakultas Kehutanan Universitas TanjungpuraPontianak, fungsi buah Tengkawang, Borneo Tallow (minyak dari Kalimantan) atau green butter butter mirip mentega warna hijau. Illpe nut illpe nut atau vegetable tallow minyaknya sebagai bahan dasar pembuatan makanan, pelumas, farmasi,mentega,campuran produk coklat dan kosmetik (lipstik dan bisa dijadikan menjadi bahan bakar pesawat terbang.
“Pertumbuhanya sangat mudah pada umur 8-9 tahun bisa berbuah dan sepanjang tahun bisa berbuah pada habitat dan iklim yang cocok,” kata Agustine disela-sela Workshop Nasional “Strategi Nasional Konservasi Genetik Tengkawang”, di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar, pada 14 Mai 2014.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Balai Besar Penelitian Dipterocarpa Kementerian Kehutanan. Menurut hasil Riset Agustine Lumangkung, jumlah pohon sudah jauh berkurang antara 50% -70%, peyebabnya adalah berkurangnya pohon Tengkawang akibat desforestasi dan berubahnya fungsi lahan.
“Ada beberapa kebijakan tradisonal masyarakat dipedalaman,namurn kebijakan lokal itu tidak mampu melawan arus perubahan fungsi lahan untuk kepentingan industri tambang dan perkebunan,tidak mungkin kalau tidak ada penyelamatan terhadap pohon tengkawang pasti keberadaannya akan punah,” kata Agustine disela-selah workshopnya itu.
“Padahal pohon Tengkawang diangkap oleh sebagian masyarakat Dayak adalah pohon kehidupan,” cerita Agustine.
Karena keberadaan sudah diangap hampir punah,maka pohon tengkawang termasuk pohon yang dilindungi, sejak tahun 1972 sudah dikeluar SK Menteri Pertanian dengan SK, Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 54 / KPTS / UM / 2 / 1972 dengan jenis meranti penghasil buah Tengkawang sebagai berikut.
Adapun jenis-jenis tersebut adalah,Shorea stenoptera Burck,Shorea stenoptera Forma Ard,Shorea gysbertiana, Shorea pinanga, Shorea compressa, Shorea seminis V. sI, Shorea martiniana,Shorea mecistopteryx Ridl,Shorea beccariana Burck,Shorea micrantha Hk. F,Shorea palembanica Mig,Shorea lepidota Bl ,dan Shorea singkawang Mig.
Menurut DR AYPBC Widyatmoko dari, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, harus ada perlindungan variasi genetik. Karena walaupun populasi pohon tengkawan masih ada kalau variasi genetiknya berkurang kepunahanya akan makin cepat. “Konservasi genetik yang diperhatikan adalah, besaran variasi genetik,distribusi genetik, dan degradasi genetik,” kata Widyatmoko.
Wiyatmoko menjelaskan, kegiatan konsevasi pohon tengakawang bisa dilakukan dengan beberapa tahap, Penetapan dan Pengembangan konservasi in-situ sekaligus sebagai sumber benih. Pembangunan plot konservasi eks-situ, dan pemanfataannya sebagai sumber benih di masa mendatang.
Pembentukan Desa/kabupaten konservasi genetik tengkawang, Pemeliharaan dan evaluasi plot konservasi genetik tengkawang,dan Pembangunan plot pemanenan berbasis konservasi genetik.
Dia menyarankan, yang paling penting dalam konservasi genetik pohon tengkawang adalah kegiatan budidaya. Penanaman dan pemanenan Tengkawang dipantau untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keragaman genetic, dan Kegiatan pemeliharaan dan pengayaan plot korservasi in-situ dan eks-situ dimonitor dan dievaluasi.
Menurut DR Sapto Indrioko, guru besar Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, perlindungan pohon tengkawang harus dilakukan Formulasi perlindungan tengkawang berdasarkan prioritas beberapa indikator terkait bidang konservasi ekosistem. “Sumberdaya alam (biodiversitas) perlu dikelola dan dijaga dengan baik pada semua tingkatan, ekosistem, species, dan genetik,” kata Sapto Indrioko.
Untuk perlindungan tengkawang Sapto memebagi beberapa indocator diantaranya, pertama, Penegakan aturan terkait pelestarian sumberdaya hayati pada umumnya dan tengkawang pada khususnya, kedua: Pembaharuan aturan yang lebih berpihak pada rakyat dengan tetap berdasarkan prinsip kelestarian sumberdaya hayati,ketiga: Sosialisasi dan diseminasi kebijakan dan berbagai hasil penelitian untuk mendukung kelestarian sumberdaya hayati dan produksi.
“Yang paling penting adalah bagaimana masyarakat dengan mempertahankan budidaya pohon tengkawang,pandapatan masyarakat bisa meningkat,” kata Sapto.
Damianus Nadu Tokoh Adat dari Desa Sahang, Kecamatan Sanggau Ledo, mengatakan" selam ini kami di Desa Sahang mempertahan hutan adat yang isinya didominasi oleh tanaman tengkawang, mempertahankan juga berdarah-darah".
“Sudah beberapa kali perusahaan akan mengekspansi hutan adat kami,kami dengan masyarakat menolak, bahkan kami hampir tembak-tembakan denganperusahaan. Sekarang di Sahan ada hutan adat pengajit, pohonnya didominasi oleh pohon tengkawang,” kata Nadu.
Nadu menceritakan, pohon tengkawang dikampungnya bukan hanya terdapat dikawasan hutan adat pangajit saja,tetapi juga dilahan pribadi masyarakat, masyarakat sahan rata-rata punya pohon Tengkawang.
“Buah Tengkawang di Desa Sahang dijadiikan minyak goreng dan mentega. Pembuatanya sangat senderhana hanya mengunakan apitan kayu belian dan bambu,” jelas Nadu.
Dia menjelaskan, di Indonesia khusunya di Kabupaten Bengkayang harganya sangat murah. Tetapi beberapa bulan ini ada pesanan dari Malaysia yang langsung datang ke kampung berapa tonpun akan mereka tampung.
“Cuman sangat disayangkan penghargaan pemerintah itu belum ada sama sekali. Saya sarankan pemerintah memberikan penghargaan pada masyarakat Sahang, pernah Bupati Luna setelah memberi SK Bupati kawasan hutan pengajit, tapi sampai sekarang tidak ada janji hanya tinggal janji,” terang Nadu kepada Borneoclimatechange.org, hari ini.
Hutan Adat Pengajit terdapat di Desa Sahang, Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengakayang, luas kawasan hutan adat Pengajit 100 hektare ditumbuhi berbagai jenis tanaman seperti pohon Tengkawang, Meranti, Ulin, Gaharu, Gamris, bambu dan berbagai jenis tanaman lainya.
Menurut Imanul Huda dari PRCF Indonesia, memang keberadan pohon Tengkawang terancam punah. Kata dia, sekarang sudah masuk dalam Cites 2, itu artinya sudah dalam kondisi ancaman tinggi.
“Faktor utama ancaman kepunahan pohon tengkawang adalah alih fungsi kawasan hutan secara besar-besaran. Sehingga menyebabkan kerusakan hutan makin parah,” kata Imanul.
Imanul berharap, pemerintah memberi penghargaan kepada masyarakat yang berkontribusi menyelamatkan pohon tengkawang dan memberi dana pendamping kepada masyarakat. Sehingga masyarakat bergairah kembali untuk menanam pohon tengkawang,yang paling penting adalah perlindungan terhadap kawasan hutan termasuk lahan milik masyarakat.
“Alat-alat pembuat mentega dan minyak dari buah Tengkawang. Sudah seharusnya dimodernisasi oleh pemerintah, agar hasil minyak Tengkawangnya lebih banyak. Selain itu pemerintah harus mengatur tata niaga pasar buah dan minyak tengkawang,jangan sampai masyarakat dirugikan,” pungkas Imanul.(DG)*
Ada belasan jenis pohon tengkawang, di antaranya:
- Shorea amplexicaulis P.S.Ashton, tengkawang mege
- Shorea beccariana Burck, tengkawang tengkal
- Shorea compressa
- Shorea fallax Meijer, engkabang layar
- Shorea havilandii Brandis, selangan batu pinang, tengkawang ayer
- Shorea lepidota (Korth.) Blume, tengkawang gunung
- Shorea macrantha Brandis, engkabang bungkus
- Shorea macrophylla (de Vriese) P.S.Ashton, tengkawang hantelok
- Shorea mecystopteryx Ridl. tengkawang layar
- Shorea palembanica Miq., tengkawang majau
- Shorea pinanga Scheff., tengkawang rambai
- Shorea scaberrima Burck, tengkawang kijang
- Shorea seminis (de Viese) v.Slooten, tengkawang terendak
- Shorea singkawang (Miq.) Miq., sengkawang pinang
- Shorea splendida (de Vriese) P.S.Ashton, tengkawang bani
- Shorea stenoptera Burck, tengkawang tungkul
- Shorea sumatrana Sym. ex Desch, kedawang, tengkawang batu
Tengkawang:
Shorea stenoptera Nama Umum
Indonesia : Tengkawang
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliosida (berkeping dua/ dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Theales
Famili : Dipterocarpaceae
Genus : Shorea
Spesies : Shorea Stenoptera
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusterimakasih materinya sangat bermanfaat sekali, tapi maaf, terjadi kesalahan dalam penulisan alamat, yang sebenarnya adalah Desa Sahan, Kecamatan Seluas, bukan Desa sahang Kecamatan sanggau ledo.
BalasHapus